GEREJA KATOLIK DALAM BAYANG-BAYANG KONFLIK PAPUA – JAKARTA

  • Meki Mulait
Keywords: The Kingdom of God’s mission, Konflik of Papua-Jakarta, The tussle of Papuan, Catholic Church, Misi Kerajaan Allah, Konflik Papua-Jakarta, Gereja Katolik, Pergumulan orang Papua

Abstract

The Catholic Church is not the only church and religion that carries out God’s mission of integral human salvation in Papua. He is one of several churches and other religions that carry out the mission. Despite many shortcomings, the Church continues to be faithful in carrying out its mission. The conflict between the Indonesian government and the Papuan people who want the right of self-determination to take place since the 1960s until now has become a challenge for the Church to continue its mission consistently. Consistent Church attitudes must be seen in a position of defense against justice, truth and human safety. The from beginning when Papua began to flare up, the Catholic Church played a central axis role. This means that the Church does not support the “M” aspiration for the Papuan people and the way the Indonesian government defends Papua by force. The Catholic Church as a unifier with other churches and religions chooses the path of dialogue with the parties concerned to keep promoting and fighting for a peaceful Papua apartfrom carrying out the proclaiming of faith and human development in all aspects of life.

 

Gereja Katolik bukan hanya gereja dan agama yang menyampaikan misi Allah tentang penyelamatan manusia integral di Papua. Ia adalah salah satu dari bagian gereja-gereja dan agama-agama lain yang membawa misi. Meskipun banyak kekurangan, Gereja melanjutkan dengan setia misinya. Konflik di antara pemerintah Indonesia dan orang Papua yang menginginkan hak dari tujuan diri sudah terjadi sejak tahun 1960-an sampai sekarang menjadi sebuah tantangan untuk Gereja dalam melanjutkan misinya secara konsisten. Sikap-sikap Gereja yang konsisten harus dilihat dalam sebuah posisi pertahanan menghadapi keadilan, kebenaran dan keselamatan manusia. Dari awal ketika Papua mulai bergelora, Gereja Katolik memainkan peranan sentral. Ini berarti bahwa Gereja tidak mendukung aspirasi “M” untuk orang Papua dan cara pemerintah Indonesia mempertahankan Papua dengan kekuatan. Gereja Katolik sebaga sebuah pemersatu dengan gereja-gereja dan agama-agama yang lain memilih jalur dialog dengan partai-partai yang berfokus untuk meningkatkan dan berperang untuk sebuah Papua yang damai terpisah dari penyelesaian tentang iman dan perkembangan manusia dalam semua aspek kehidupan

References

BoffLeonardo. YesusKristus Pembebas. Ende: Alnoldus, 1999.
Broek van den Theo. Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi. Tim SKP Jayapura, 2006.
CahyadiKrispurwana T. Yohanes Paulus II,Gereja, Teologi dan Kehidupan. Jakarta: Obor, 2007.
Drooglevers P. J. Tindakan Pilihan Bebas: Orang Papua dan Penentuan Nasib Sendiri. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
DullesAvery. Model Model Gereja. Yogyakarta:Kanisius, 1990.
...................... The Catholicity of the Church.New York: Oxford University Press, 1986.
Gonggong Anhar. Mgr. Albertus Soegijapranata Antara Gereja dan Negara. Jakarta: Grasindo, 1993.
Haluk Markus. Papua Di Ambang Kepunahan. Jayapura: Sekretariat Tim Kerja ULMWP, 2015.
.......................... JalanPanjangULMWPdariMSG ke PIF. Jayapura: Sekretariat Tim Kerja ULMWP, 2016.
JacobsTom. Gereja Menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, 1987.
JenaruAventinus, dkk. Papua di AmbangKehancuran:Beragam Peristiwa dan Fakta Hak Asasi Manusia Di Papua 2016. Sentani: SKPKC Fransiskan Papua, 2017.
Sloot Jan. Fransiskan Masuk Papua Jilid I: Periode Pemerintahan Belanda 1937-1962. Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2012.
FuellenbachJohn. Kerajaan Allah:Pesan IntiAjaran Yesus Bagi Dunia Modern. Ende: Nusa Indah, 2006.
Kristiyanto Eddy A. Menjadi Gereja Yang Berjalan Bersama Papua. Jakarta: Obor, 2017.
.......................Spiritualitas Sosial Suatu Kajian Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Knitter F. Paul. Pengantar TeologiAgama-Agama. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Mardiatmadja S.B. EklesiologiMakna dan Sejarahnya. Yogyakarta: Kanisius, 1986.
Martasudjita E. Sakramen-SakramenGereja. Yogyakarta:Kanisius, 2003.
McBrien.P.R. Do We Needthe Church. New York: Harper & Row, 1969.
.....................Church: The Continuing Ques, 1970.
Muridan S. Widjojo. Papua RoadMap. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Otmar Oehring. Human Rights Droits I’Homme Menschenrechte. Lembaga Misi Katolik Internasional Missio, 2009.
Pannenberg. Theology andthe Kingdom of God. Philadelpia:Wesminster, 1969.
SarapungElga J. 100Orang Indonesia Angkat Pena Demi Dialog Papua. Yogyakarta: Interfidei, 2013.
Seng S. Choan. Jesus & the Reign of God.Minneapolis: Fortress Press, 1993.
Subanar G. Budi . Kilasan Kisah Soegijapranata. Yogyakarta: USD, 2012.
Suseno Frans Magnis. Iman dan Hati Nurani: Gereja Berhadapan dengan Tantangan Tantangan Zaman. Jakarta: Obor, 2014.
Tebay K. Neles. Angkat Pena Demi Dialog Papua: Kumpulan Artikel Opini tentang Dialog Jakarta-Papua Tahun 2001-2011. Yogyakarta: Institut DIAN/Interfidei, 2012.
..................... Bersama Sama Mencari Solusi Untuk Papua Damai: Bunga Rampai Dialog Perdamaian Papua Tahun 2013-2017. Yogyakarta: Institute For Inter-Faith Dialogue In Indonesia (Interfidei), 2017
Tukan Peter, Membangun Papua Tanah Damai: Kumpulan Ceramah Uskup Leo Laba Ladjar, Jayapura: Sekretariat Keuskupan Jayapura, 2009.
WidiArtanto. Menjadi Gereja Misioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia dan Kanisius, 1997.
Woga Edmund. DasarDasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Sekretariat KJ. Membangun Gereja MandiriYang Misioner: Arah Umum Pengembangan Keuskupan Jayapura 2006-2016, Sekretariat KJ, 2006.
John Paul II, Redemptoris Missio, 13.
Published
2019-12-09
Section
Articles