Mencintai Musuh : Bagian Pokok dalam Keutamaan Kristiani

  • Galan Suswardana STFT Widya Sasana Malang
Keywords: Cinta, musuh, keutamaan Kristiani

Abstract

Mencintai musuh merupakan suatu ajaran radikal dari Yesus. Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya untuk tidak boleh membenci sesama siapapun itu. Tidak ada alasan untuk para pengikut-Nya untuk membenci sesama termasuk yang mengganggap musuh atau sebaliknya. Yesus mengajak pengikut-Nya untuk tidak menempuh jalan balas dendam terhadap mereka yang membenci dan memusuhi. Indentitas dari cinta sejatinya bukalah persoalan perasaan namun soal keputusan akal budi yang melahirkan sikap dan kehendak. Identitas musuh adalah manusia yang kehilangan nilai. Mencintai musuh dapat dimengerti sebagai bentuk termurni dari cinta akan sesama, karena hanya orang yang tidak mencari keuntungan pribadi yang dapat mencintai musuh (merujuk pada konsep teologi St. Thomas Aquinas). Ajaran mencintai musuh dijadikan sebuah keutamaan moral Kristiani. Makna terdalam mencintai musuh dalam ajaran Kristiani adalah mencintai musuh sebagai indentitas Kristiani dan mencintai musuh merupakan sikap ambil bagian dalam cinta agape ilahi sehingga dapat menghancurkan kejahatan dan memusnahkan permusuhan.

Keutamaan mencintai musuh merupakan hal yang tidak mudah dilaksanakan dalam kehidupan nyata, namun tidak berarti keutamaan tersebut mustahil dilakukan. Banyak bukti nyata yang dapat kita temukan sebagai umat Kristiani bahwa ajaran mencintai musuh benar-benar dihidupi oleh beberapa tokoh kristiani dan umat beriman yang tangguh. Sejarah mencatat bahwa perjalanan Gereja Gereja sebagai umat Allah hampir selalu mengalami penindasan dan perlakuan yang tidak adil. Tidak sedikit para martir kudus Gereja harus mengorbankan dirinya untuk mempertahankan imannya. Inilah bukti yang paling nyata bahwa keutamaan untuk mengasihi musuh bukan hanya sebatas idealisme kristiani belaka. Tujuan ajaran mencintai musuh tidak dapat hanya berkisar pada perubahan diri kita, namun sekaligus juga dan terutama perubahan masyarakat. Perubahan demikian merupakan tugas umat kristiani yang tumbuh dari perintah mencintai musuh. Dengan keutamaan mengasihi musuh orang-orang Kristen akan menjadi pemutus lingkaran kebencian yang ada di dalam hati manusia. Maka penghanyatan keutaaman mencintai musuh adalah cara kita untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

References

Buku:
Benediktus XVI. Ensiklik Deus Caritas Est. Penterj. Piet Go. Jakarta: DOKPEN KWI, 2006.
Bergant, Dianne dan Robert Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Fuchs, Josef. Human Values and Christian Morality. Dublin: Gill and Macmillan Ltd., 1970.
Handoko, Petrus Maria. “Mencintai Musuh,” Hidup Katolik, Edisi 36, Minggu, 6 September 2009.
Konferensi Waligereja Indonesia. Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Lalu, Yoseph. Makna Hidup dalam Terang Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Peschke, Karl-Heinz. Etika Kristiani Jilid III, Kewajiban Moral Dalam Hidup Pribadi. Maumere: Ledalero, 2003.

Sumber Internet:
Atas Nama Agama: Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia,
https://www.hrw.org/id/report/2013/02/28/256413, diakses tanggal 27 April 2018, pukul 21.30 WIB.
Aulia Bintang Pratama, Pembakaran Gereja Capai 1.000 Kasus Pasca Reformasi, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151014065145-20-84852/pembakaran-gereja-capai-1000-kasus-pasca-reformasi,diakses tanggal 27 April 2018, pukul 21.40 WIB.
https://www.liputan6.com/global/read/2168632/9-aksi-memaafkan-paling-luar-biasa, Diakses pada tanggal 28 April 2018.
Published
2022-01-03
Section
Articles